Ocehan Gue Nih :D

Tuesday, 6 August 2013

Untittled

"Rin, gue minta maaf kalo gue ada salah. Tapi lo jangan diemin gue gini, please...." Lenka bersimpuh disamping Arin sambil sesekali meneteskan air mata yang cepat-cepat ia usap sebelum ada yg melihat.

Namun bukannya memaafkan, Arin malah beranjak dari tempat duduknya tanpa sedikit pun menoleh kepada Lenka.

Kemarin ketika membuka akun twitter nya, Lenka sangat terkejut bahwa dirinya telah di block oleh Arin. Ia juga tidak tahu apa yang membuat Arin melakukan itu. Mungkin saja Lenka secara tidak sengaja telah berbuat salah kepada Arin. Tapi ketika siang itu Lenka menemui Arin, ia malah tidak mendapatkan penjelasan apa-apa. Nihil. Ia malah mendapatkan tatapan heran dari orang-orang yang berlalu lalang melihat ia bersimpuh sambil memohon.

Begitu ia hendak pergi meninggalkan tempat itu, beberapa orang, bahkan setiap orang yang ditemuinya bertanya tentang apa yang barusan dilakukannya. Bukannya menjawab, Lenka hanya tunduk kemudian pergi begitu saja.

"Gimana?" Pertanyaan pertama yang keluar dari bibir Rika.

Lenka hanya menggeleng sambil menatap hampa ke depan.

"Udahlah Rik, gue gak tau harus gimana lagi. Gue udah niat baik dianya malah gitu. Gue juga masih punya harga diri kali. Yah, kalo dia masih tetep nganggap gue temen, gue sih welcome aja."

"Yang sabar ya Len. Gue harap lo bisa berteman lagi sama dia," Rika menenangkan sambil mengusap-usap punggung Lenka.

***

Tiga tahun sudah setelah kejadian itu. Lenka masih belum mendapatkan jawaban atas sikap diamnyaa Arin. Kadang Lenka rindu dengan kekonyolan dan kejahilan Arin. Tapi ia bisa apa, ia sudah cukup puas duduk bersimpuh meminta penjelasan. Lagi pula ia kini sudah memasuki semester 5, dan teman-temannya juga bertambah banyak.

Suatu hari, secara tidak sengaja ia bertemu dengan Arin di sebuah toko buku. Bukannya menegur, Lenka hanya diam. Ia juga tahu bahwa sebenarnya Arin melihatnya hanya saja ia pura-pura tidak tahu dan menghindar.

Ketika hendak pulang, mereka pun berpapasan ditempat parkir. Namun keduanya hanya diam dan sama-sama tidak saling menyapa.

***

Beberapa bulan setelah kejadian itu, Arin mengalami sebuah kecelakaan yang cukup mengerikan. Ia terpaksa harus kehilangan penglihatannya akibat benturan yang sangat keras disekitar matanya. Arin sangat syok dan tidak bisa menerima keadaannya. Secara tidak sengaja Lenka berpapasan dengan Arin di rumah sakit. Ia sangat terharu dengan keadaan Arin. Namun ia sama sekali tidak berani menyapa. Ia kemudian menitikkan air matanya, yang cepat-cepat ia hapus dan kemudian beranjak pergi dari tempat itu.

***

Betapa bahagia Arin ketika ia tahu bahwa ada pendonor mata untuknya. Dunianya yang sempat gelap kini akan kembali berwarna. Ruangan operasi sudah disiapkan, beberapa menit lagi Arin akan kembali dapat melihat dunia nya. Ia sangat merasa deg-degan.

Kurang lebih 4 jam berlangsung. Operasi mata untuk Arin pun berjalan sukses.

Arin sudah tidak sabar untuk kembali merasakan dunianya. Melihat dunia nya berwarna lagi. Begitu perban yang menutup matanya selama 3 hari dibuka, pelahan-lahan ia membuka matanya. Ia melihat dokter dan dua orang perawat berdiri di depannya, sementara disamping kanannya ia melihat kedua orang tuanya menangis bahagia. Dokter dan dua orang perawat tadi berbincang sejenak dengan kedua orang tua Arin dan kemudian berpamitan.

"Ya Tuhan, terima kasih sudah mengirimkan orang yang mau mendonorkan matanya buat anak saya," ibu Arin mengucap syukur sambil sesekali mengusap air matanya. "Oh, iya Rin, ini ada surat dari dokter katanya dari pendonor nya," kemudian ia menyerahkan surat beramplop ungu itu kepada Arin.

Perlahan Arin mengeluarkan surat dari amplopnya dan membukanya perlahan kemudian membacanya dengan seksama. Ia tahu tulisan ini. Kemudian ia menangis dan memeluk ibunya.

Dear Arin,
Hai Arin, apa kabar? Terakhir ketemu kamu kelihatan sehat, malah agak gemukan ya? Hehe.

Aku kangeeeeeeeeeeennnn banget sama kamu. Sama tingkah kamu, sama kekonyolan dan kejahilan kamu, dan pokoknya aku kangen kamu, titik. Hehe maksa ya!!

Oh, iya udah lama banget kita gak ngobrol, hmm, hampir 4 tahun ya? Hehehe, padahal banyak banget yang mau aku ceritain ke kamu. Tentang gimana galaunya aku waktu habis putus, senengnya aku waktu di pdkt-in sama orang yang aku suka. Dan semua suka duka aku deh pokoknya. Hehe.

Waktu itu aku lagi cek up ke rumah sakit. Dan tau gak, ternyata aku di vonis kena leukimia stadium akhir. Aku sedih banget waktu tau. Tapi lebih sedih lagi, waktu habis cek up, aku liat kamu tapi kamu gak bisa liat aku. Sekitar setengah jam aku mematung ngeliatin kamu, cuma aku gak berani negur. Hehe takutnya kamu kayak di toko buku waktu itu.

Umur aku udah enggak panjang Rin, dokter udah memvonis aku. Meh, kayaknya dokter lebih tau daripada Tuhan aja hehe.

Aku tau kamu masih marah banget sama aku, tapi aku gak tau apa sebabnya. Dan sebagai permintaan maaf aku, aku sengaja donorin mata aku buat kamu hehe. Waktu itu kita barengan di ruang operasi, dan aku bener-bener mandangin kamu. Aku harus inget gimana wajah kamu, karena setelah ini aku ga bisa lagi liat kamu. Hehe sedih ya? Jangan sedih yaa, sekarang kamu usah bisa liat pelangi lagi kok hehe.

Btw, surat ini yang nulis kakak aku loh. Kamu pasti tau kan, kamu kan mantan dia. Ciye. Hihi.

Eh udah dulu ya, dokternya datang nih.

Rin, aku bener-bener minta maaf ya atas semua kesalahan yang udah aku lakuin ke kamu, sengaja atau enggak.

Love, Lenka.

Arin kemudian beranjak dari tempat tidurnya. "Bu, anterin Arin ke repsesionis ya bu, sekarang."

Ibunya menggiring Arin, hampir agak berlari menuju meja repsesionis.

"Mba, pasien yang namanya Lenka si ruang berapa?"

"Sebentar ya, saya cek dulu," perawat ini dengan gesit mencari nama Lenka di daftar pasien. "Ada di ruang nomor 602 mba."

Tanpa mengucap terima kasih, Arin buru-buru menuju kamar nomor 602. Ibunya mengikutinya dengan sedikit berlari.

Begitu membuka pintu kamar, Arin melihat tubuh Lenka yang lemah, wajahnya pucat. Ia berlari memeluk Lenka, kemudian menangis.

Lenka tau siapa yang memeluknya, dia kemudiam melingkarkan tangannya, memeluk Arin.

"Rin, maafin gue ya?" ucap Lenka lirih.

"Gue yang minta maaf Len, gue egois!!"

"Udah kamu jangan sedih ya, aku akan selalu sama kamu kok. Kita ngeliat dunia bareng."

Kemudian jantung Lenka pun berhenti berdetak.

"Makasih Len, lo udah ngajarin gue hal besar," Arin masih memeluk Lenka untuk terakhir kalinya.

-Fin-

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...