Ocehan Gue Nih :D

Friday, 27 July 2012

Cerbung Tidak Berjudul, Part 1


Hello, gue mau nyoba bikin cerpen (lagi) (ralat : cerbung) nih. Belum punya judul nih, dibaca aja dulu deh. Hihihi.


---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Patah hati emang hal yang paling aku sebelin. Bayangin aja kalo patah hati aku bisa bad mood seharian, kadang gak jarang aku bisa mewek semaleman dan ngebuat mataku bengkak besok paginya. Tapi itu jarang. Catet, jarang. Jarang patah hati maksudnya. Hihi.
Aku bukannya playgirl atau apa deh sebutannya, tapi aku paling sering yang mutusin hubungan sama pacar-pacarku. Dan baru kali ini aku diputusin. Apalagi diputusin gara-gara cewek ganjen itu! Huh! Emang sih Indra ganteng, smart, dan idola sekolah. Tapi aku gak rela dia mutusin aku cuma gara-gara cewek ganjen yang terkenal dengan aksesoris berjalan itu. Aku lebih rela Indra mutusin aku demi Syahrini, atau aktris-aktris Indonesia lainnya deh. Huhhh, sebeellllll !!!!!

***

Kringgg……. Kringgg…..
Tiba-tiba jam weker berbentuk burung hantu kesayangan aku berdering. Aku lirik sekilas, uh baru juga jam 5 pagi, masih ngantuk nih, gara-gara ngelamun mikirin Indra sama cewek ganjen aksesoris berjalan itu aku jadi gak bisa tidur semalaman. Aku pun memejamkan mata untuk tidur (lagi) sekitar setengah jam.
“Rin… Bangun. Kamu ke sekolah jam berapa? Atau kamu libur hari ini? Rin….” mama mengguncang-guncang bahuku.
“Apa sih ma?” tanyaku sambil menguap dan kembali bersembunyi di bawah selimut. “Ini jam berapa sih ma? Karin masih ngantuk ma, mau tidur lagi,” kataku asal.
“Ini udah jam setengah tujuh, ayo bangun…” kata mama sambil merebut selimut kesayanganku.
“Hah? Setengah tujuh?” kataku dan kemudian bangkit sambil ngeliat jam dinding. “Gawat ma, aku piket !!!”
Tanpa pikir panjang aku langsung ambil handuk dan cepat-cepat ke kamar mandi.

***

“Huh… Hah… Huh… Hah…” jantungku seperti mau copot. Aku berlari ke sekolah. Jarak antara sekolah dan rumahku memang dekat, hanya sekitar 500 meter kalau melewati gang-gang tikus.
“Yahhh… Pak pintunya jangan ditutup dong” kataku kepada Pak Yanto, satpam sekolah, sambih terengah-engah.
“Maaf Neng, Bapak gak berani. Neng Karin tumben telat? Biasanya paling pagi?” ujar Pak Yanto.
“Iya Pak, tadi saya kesiangan” kataku pada pak Yanto sambil memasang wajah memelas berharap pak Yanto berbaik hati membukakan pagar untukku. Baru saja aku hendak berbicara untuk memohon belas kasihan pak Yanto, tiba-tiba lelaki berkumis putih itu berseru.
“Nah, ini langganan telat baru dateng.”
Cowok yang dimaksud pak Yanto malah berwajah datar sambil bersender di pagar sekolah yang mulai berkarat itu. “Berapa menit lagi pak?” katanya sambil mengeluarkan sebungkus roti dari dalam tasnya.
“Tunggu satu jam pelajaran selesai,” kata pak Yanto ketus. “Neng maaf ya bapak gak bisa bantu, takut dimarahin atasan,” kata pak Yanto padaku.
“Iya pak gak papa deh, kasian bapak,” kataku pada pak Yanto dan mengalihkan pandangan pada cowok itu.
Cowok itu akhirnya sadar sejak tadi aku telah memandangnya dengan tatapan ‘siapa sih ini? Iewuh kamseupay’. “Liat apa?” katanya dengan nada yang tidak enak didengar “..mau ini?-” sambil menyodorkan rotinya lalu menariknya kembali “-beli sendiri.”
‘Ih aneh banget, ngomong sendiri. Siapa juga yang mau roti situ’ kataku dalam hari. Tiba-tiba, Krtttt…. Perutku berbunyi, tapi ogah banget minta roti sama dia, mending aku mati kelaperan daripada harus ngemis sama cowok aneh gitu.

***

“Darimana aja kamu Rin baru dateng jam segini?” tanya Risa heran.
“Aku telat, bertepatan dengan pak Yanto nutup pager. Huh. Habis itu ketemu cowok rese yang aneh Ris. Masa tadi tuh ya-“ Risa memotong pembicaraanku.
“Stop dulu ngomongnya, mending pinjemin aku PR Matematika deh, bentar lagi dikumpul. Cepetan!” kata Risa panik.
“Astaga! PR Matematika? Aku juga belum!!!” kata ku lebih panik daripada Risa dan kemudian kami bergabung dengan yang lain untuk menyalin PR Matematika. Huh, hari ini emang hari sial sedunia.

***

Buuukkkk..
Tiba-tiba bola basket berwarna hitam menghantam kepalaku. Duh, siapa sih yang ceroboh banget main basket sampe kena kepalaku. Aku mengusap-usap kepalaku sambil terhuyung-huyung.
“Siniin bolaku,” kata cowok yang dengan cerobohnya ngelempar bola basket itu.
‘Rese banget tuh orang bukannya minta maaf malah nyuruh-nyuruh,’ kataku dalam hati sambil mengambil bola basket yang tidak jauh dari kakiku. Baru saja aku hendak melempar bola itu, aku melihat siapa cowok itu. Ternyata dia cowok langganan telat tadi pagi. Karena kesal sama tingkahnya tadi pagi dan siang ini (tentang bola basket yang mengenai kepalaku), aku urung  melemparkan kembali bola itu. Aku membawa bola itu dan kebetulan ruang guru letaknya sangat dekat, akuberjalan kea rah ruang guru dan menggelindingkan bola itu masuk ke ruang guru tanpa ketahuan.
Wekkk… aku menjulurkan lidahku. Biar tau rasa dia. Siapa suruh ngelempar bola sembarangan. Aku pun pergi dari tempat itu.

***

Mama memang membuka usaha catering kecil-kecilan sejak 2 tahun lalu. Bukan karena kekurangan, tapi karena keisengan mama 2 tahun lalu akhirnya sekarang pelanggan mama bertambah banyak hingga mama kewalahann dan sekarang mempunyai tiga orang asisten.
Papa memang bekerja disebuah perusahaan swasta dan menjabat sebagai manager. Namun, beliau selalu berkata agar selalu bersikap sederhana dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun. Papa tidak suka sesuatu yang terlalu over, berlebihan. Nasihat papa itu lah yang dari dulu aku pegang. Hihi.
“Rin.. Karin saying..” panggil mama.
“Iya mama cantik, kenapa?”
“Bisa tolong mama kan? Kamu gak sibuk kan? Tolong anterin ini ya, tadi si Udin udah nganterin setengah, tinggal setengah lagi nih tapi ban motor Udin kena paku pas mau balik, kasian nih langganan mama mau ada acara dirumahnya,” ucap mama tanpa spasi dan menyodorkan plastik merah besar yang berisi kotak makanan yang telah disusun rapi.
“Hmm, mau gak ya ma?” godaku pada mama, melihat ekspresi mama menanggapi ucapanku aku langsung berbicara lagi, “iya deh ma, apasih yang enggak buat mama. Mana alamatnya? Biar Karin anter.”
“Makaasih sayang. Bentar ya mama catetin.”

***

Terik matahari tidak meredupkan semangatku mencari alamat langganan mama. Menurut alamat yang mama kasih, rumah langganannya itu warna ijo. Tapi, ini rumah dinas tentara dan semua rumah bercat ijo. Duhh…. Berat banget nyari rumah di kompleks ini. Betapa beruntungnya aku ternyata gak jauh dari situ ada pak Udin, karyawan mama.
“Pak Udin!!!” aku berteriak memanggil pak Udin yang sedang menambal ban motornya di tukang tambal ban.
“Eh, non Karin! Mau nganter sisanya ya non? Yuk bapak anterin non,” tawar pak Udin.
“Eh, gak usah pak. Ini amanat mama jadi harus aku yang nganter sampai tempat tujuan,” kataku mantap. “Kasi tau aja yang mana rumahnya pak, aku bingung nih disini rumahnya ijo semua. Hehehe.”
“Disitu non, rumah ketiga belok kiri. Rumah yang ada tenda merahnya, yang banyak orangnya.”
“Makasih ya pak, aku tinggal dulu ya. Dadah pak Udin.”
Aku pun segera menjalankan motorku menuju alamat yang dimaksud. Yap, itu tenda merahnya. Ternyata gak susah. Eh tunggu dulu,  itu kann….. Huh, kenapa harus ketemu dia lagi sih.
“Hai, Ndra,” sapaku. Indra yang sedang asik memegang handphonenya tiba-tiba saja mendongak dan melihatku, kaget. “Sorry ganggu, aku cuma mau anter ini, catering.”
Agak ragu Indra menyambut plastic merah yang ku sodorkan. “Thanks, duitnya udah kan?” katanya, masih sedikit kaget.
“Udah kok,” kataku dan kemudian segera menghilang dari tempat itu. Ya Tuhann, salah apa aku? Kenapa harus ketemu dia lagi sih?
Alhasil, kejadian barusan ngebuat aku melamun sepanjang jalan. Ngenes. Disingkirin Cuma gara-gar cewek itu. Dann…
Bruakkk….
Karena melamun, aku menabrak motor di depanku. Syok. Aku syok banget. Lampu belakang motor orang itu pecah. Aku bermaksud meminta maaf tetapi kata-kata tercekat di tenggorokan begitu orang itu membuka helm. Dia lagi, huh.

***

“MATA KAMU DIMANA!!! KALO JALAN ITU JANGAN NGELAMUN!!” Fajar murka. Ia lagi-lagi memandang lampu belakangnya dengan sedih, baru saja ia mengganti lampu belakangnya yang sempat putus itu.
“Maa…maa..maaf,” jawabku terbata-bata. “Aku gak sengaja,” tanganku masih bergetar.
“Huh, gak segampang itu tau,” kata Fajar, emosinya mereda.
“Jadi aku harus gimana?”
“Hmm…” Fajar tampak berfikir, matanya berputar. Tiba-tiba ia mendapat ide, “ada syaratnya…” jeda, membuatku semakin penasaran. Jangan-jangan…. “…kamu harus ngikutin perintah aku, harus ada disamping aku, selama satu bulan. Dan satu lagi, kamu harus ganti biaya lampu belakang ini,” kata Fajar sambil menunjuk lampu belakang motornya yang aku tabrak.
Tuh kannnnn… Ganti biaya sih oke, tapi nurutin dia? Ada disamping dia? Oh My God ! Ini awal dari mimpi buruk.

To be continued

3 comments:

  1. eww panjang banget!
    ini sih namanya cerpan, cerita panjang haha jkd

    ReplyDelete
  2. oke ralat, ini cerbung deh (__"\\\)

    ReplyDelete
  3. patah hati yaa sama itu juga hal yang paling gue benci.. karena apa? karena sakit rasanya..
    nice story sis..

    numpang promo, jangan lupa juga untuk berkunjung ke blog gue.
    obat kista tradisional.
    obat pelangsing herbal.
    thanks cefore sis..

    ReplyDelete

Cuma baca aja? Yuk tinggalin jejak, supaya aku bisa kunjung balik dan ninggalin jejak di blog kamu :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...