Ocehan Gue Nih :D

Friday, 15 November 2013

Nostalgia Warna-warni Putih Abu

Kata orang, kuliah itu gak enak. Ya emang. Kalo mau enak, gih sana bobo di rumah. Tapi dapet apa? Dapet iler doang sama belekan *eh

Finnaly, ujian tengah semester gue udah berakhir. Tapi kenapa gue sedih ya? Apa karena selama uts kemaren jawaban gue ngasal semua? Bisa jadi. Atau karena gue gak bisa bobo-bobo-an lagi di rumah? Iya banget.

Uts itu waktu yang pas buat bobo-bobo-an. Kenapa? 


Gini, uts itu berarti waktu gue dikampus cuma sebentar, paling cuman 1 atau 2 jam doang. Sedangkan, hari biasa? Bisa sampek 10 jam cuy! Bahkan 12 jam. Gak usah ditanya kenapa bisa gitu, gue lagi males jawab *lohhhh

Kebetulan barusan gue blog walking ke blog temen kuliah gue, biasalah kepo-in dia *maaf ya Atikah* Dia habis nge-posting tugas IKD dia. Jadi gini, semester ini gue ada mata kuliah yang namanya Ilmu Kealaman Dasar (IKD). Gue pikir tuh ya, itu mata kuliah pelajarin alam semesta gitu, eh ga taunya beda hahaha. Yang ada malah dosennya suka kasi kuliah tentang cerita hidupnya, but over all, dosennya asik dan baik banget. Sumpah! Abis gitu lucu. Pernah satu kali beliau cerita gini,

"Itu anak saya suka sama film hantu yang gini....." dosennya ngecontohin, kedua tangan ke depan terus loncat-loncat, ".....terus ada kertas dijidatnya."

"Oh, vampir, Pak?" temen-temen gue nyeletuk.

"Bukan, bukan. Yang gini lohhh...." Nyontohin lagi. "Yang dari Jepang itu loh."

"Apaan pak? Dracula?" temen-temen gue makin penasaran.

"Bukan, bukan," beliau mikir agak lama dan....."Zombie, iya zombie."

"Huahahahahahahaha......." serentak gue dan temen-temen gue ketawa terbahak-bahak sampek ada yang mukanya kayak kepiting rebus, merah merona.

Saking lucunya, kejadian itu gak bakal pernah bisa dilupain sama temen-temen gue, termasuk gue. Dan gak jarang juga beliau kasih liat foto waktu liburan ke tempat Mbah Maridjan. Dan dari situ gue simpulkan dosen gue itu orangnya, lumayan agak sangat narsis.

Kebaikan beliau di buktikan dengan, tidak diberikannya ujian tengah semester buat angkatan gue untuk mata kuliah beliau. Dan penggantinya adalah mengarang tentang pengalaman menarik selama belajar.

Pengalaman menarik apa ya?

Gue bingung. Awalnya gue udah bikin tuh cerita hampir satu setengah halaman. Tapi kok kurang sreg ya, dan akhirnya gue ganti judul dan... treng teng teng teng... selesai. Kalo gue bilang sih ini curhat gitu, tapi tau dah yee yang penting udah buat dan bikin dosennya ngakak pas baca. Hihi.

Sebenernya pernah gue bikin postingan di 2 tahun lalu, tapi ya tak apa lah sambil nostalgia.
Cekidots.



Warna-warni Putih Abu

Belajar adalah salah satu cara yang digunakan manusia untuk memenuhi hastrat keingintahuan mereka dalam segala hal. Semua yang dilakukan manusia saat ini diawali dengan belajar, seperti salah satu sifat unik yang dimiliki manusia yakni berinteraksi dengan lingkungannya. Rasa ingin tahu yang dimiliki manusia menyebabkan alam pikir manusia berkembang. Bayi belajar merangkak, kemudian berjalan. Bayi belajar mengucapkan satu atau dua patah kata baru pada akhirnya dapat berbicara. Ketika bayi itulah manusia mulai mengamati lingkungan, dimana muncul rasa keingintahuan yang besar sehingga untuk menjawab rasa keingintahuannya tersebut tak jarang ia mengadakan penyelidikan sendiri.

Alam pikir manusia berkembang dengan sangat pesat, yang akan semakin berkembang seiring terjadi peningkatan umurnya dimana dengan semakin tua manusia akan terjadi penurunan daya ingat sehingga alam pikir manusia tidak lagi berkembang akan tetapi berhenti dan bahkan akan kembali seperti masa kanak-kanak. Namun, tidak ada kata terlambat untuk belajar. Belajar tidak melulu dilakukan secara formal, tidak melulu mempelajari teori. Belajar bisa didapatkan dari aktivitas sehari-hari, dari pengalaman hidup. Tentunya banyak pengalaman menarik yang terjadi pada manusia saat ia belajar, sampai dewasa sekali pun. Salah satu pengalaman menarik yang saya alami dalam belajar adalah ketika saya duduk di kelas 12 SMA Negeri 2 Samarinda. Disana saya belajar arti sahabat, kekeluargaan dan kebersamaan.

Masa-masa SMA adalah masa yang paling indah. Masa SMA merupakan masa pencarian jati diri. Masa SMA merupakan tempat dimana pelajar dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuan mereka. Seperti tahun-tahun sebelumnya, dilakukan pembagian kelas setiap kenaikan kelas di SMA Negeri 2 Samarinda. Siswa-siswi dibagi secara acak ke dalam tiap kelas sesuai jurusan masing-masing (IPA, IPS, Bahasa). Tujuannya adalah untuk memperluas hubungan pertemanan dan sosialisasi siswa agar tidak hanya mengenal teman sekelasnya saja. Rasa was-was dan gundah pun saya rasakan karena saya akan bertemu orang-orang baru, kelas baru. Terus terang saja, saya termasuk orang yang agak kaku bila bertemu dengan orang-orang baru atau yang tidak terlalu akrab.

Pembagian kelas dilakukan dengan menempelkan daftar nama siswa di depan pintu kelas. Satu per satu kelas saya telusuri. Agak kecewa memang, ketika saya tidak menemukan nama saya pada daftar nama siswa yang tergabung menjadi satu seperti kelas sebelumnya. Dengan lesu, saya kembali menelusuri kelas demi kelas dan akhirnya saya menemukan nama saya terpampang di depan pintu kelas terujung, 12 IPA 1.

Saya mengintip sedikit ke dalam kelas. Kosong. Hanya beberapa tas ditaruh di atas meja yang menandakan, ‘tempat ini sudah ada yang punya’. Saya menghela nafas. Semangat sekali mereka sampai-sampai menandai tempat duduk. Selang beberapa menit kemudian, beberapa orang berdatangan. Sama seperti saya, mereka terlihat kecewa karena tidak tergabung dalam kelas sebelumnya. Memang, ada beberapa orang yang telah saya kenal, namun tidak begitu akrab. Sebagai orang Indonesia, saya hanya bisa menyunggingkan senyum untuk menunjukkan keramahan.

Tak lama, kelas dipenuhi dengan beberapa wajah-wajah asing. Beberapa saling berkenalan, namun ada juga yang duduk diam sendiri mengamati mereka yang sedang berkenalan. Seperti saya misalnya. Saya mengamati beberapa masih berkelompok dengan teman-teman mereka pada kelas sebelumnya dan ada juga yang berbaur karena memang sudah akrab. Kemudian, wali kelas kami masuk memberikan sedikit introduksi dan pengenalan serta pengarahan diberikan mengenai sistem pembelajaran pada saat itu. Seiring berjalannya waktu, saya sudah mulai sedikit akrab dengan beberapa teman. Bahkan saya sudah mulai membaur dengan hampir sebagian teman-teman di kelas. Apalagi ketika sekolah saya mengadakan  acara rutin yang diadakan setiap satu tahun sekali, Bulan Bahasa. Kekompakan dan kebersamaan kami diuji. Saya sempat minder, sebab dibandingkan kelas lain yang notabene telah bersama satu tahun dimana kekompakan telah tercipta pada mereka. Namun, saya dan teman-teman tidak menyerah. Kami menciptakan sesuatu yang baru, semangat baru di kelas kami. Kami ingin membuktikan bahwa, kami juga bisa. Karena keyakinan tersebutlah kami memenangi beberapa perlombaan dalam acara tersebut. Dan sejak itulah kami yakin, bahwa kami satu keluarga. Keluarga 12 IPA 1.

Penghujung sekolah, yaitu Ujian Nasional, semakin dekat. Saya dan teman-teman saya mulai disibukkan dengan bimbingan belajar di sekolah maupun di bimbingan belajar luar sekolah. Kami baru saja terbentuk namun dalam waktu yang begitu singkat kami juga sebentar lagi akan dipisahkan. Tiba-tiba tercetus satu ide dari salah satu teman saya, kami harus membuat sesuatu yang akan selalu bisa kami kenang suatu saat nanti. Berdasarkan musyawarah bersama, kami memutuskan akan membuat sebuah film dimana yang terlibat di dalamnya adalah kami semua, baik itu pemeran film maupun kru-kru film. Namun agar tidak mengganggu konsentrasi kami pada ujian nasional, akhirnya kami menyewa kru pembuat film untuk membantu mengambil gambar dan membuat film tersebut menjadi lebih bagus.

Tercetuslah judul film yang akan kami buat, Warna-warni Putih Abu. Judul tersebut bermakna bahwa masa SMA adalah masa dimana kami mencari jati diri, dimana pada masa SMA tersebut banyak suka dan duka, warna-warni kehidupan yang kami lalui. Jalan cerita film kami ambil dalam kehidupan remaja pada umumnya. Ada persahabatan, percintaan, penghianatan, dan juga kekonyolan yang biasa dilakukan remaja SMA. Proses pembuatan film tidak mudah. Kami harus bisa membagi waktu, dan kadang mencuri-curi waktu untuk pengambilan gambar. Kami juga melibatkan beberapa guru pengajar untuk terlibat di dalam pembuatan film.

Akhirnya dengan proses pembuatan yang begitu panjang, kami sampai disaat kami akan menunjukkan hasil yang kami buat kepada orang banyak. Persiapan yang alot dan matang kami lakukan dalam dua hari, baik mendekorasi tempat acara maupun melakukan gladi bersih. Untuk dapat masuk ke dalam acara kami, kami melakukan sosialisasi ke kelas-kelas. Kami menawarkan tiket dengan harga yang pas untuk ukuran kantung anak sekolahan. Ternyata respon mereka sangat baik. Banyak yang memesan tiket, bahkan tiket habis sebelum acara pemutaran film. Tibalah saat pemutaran film. Kami membuat dua sesi pemutaran, siang dan malam. Gedung yang kami sewa dipenuhi dengan banyak orang, bukan hanya dari sekolah kami tetapi juga dari luar sekolah. Karena itu kami bersemangat saat itu, apalagi diakhir acara tepuk tangan meriah membahana dalam gedung. Kami tersenyum sumringah sekaligu terharu. Kami puas atas kerja keras kami lakukan.

Dan pengalaman yang paling mengharukan adalah ketika pengumuman kelulusan UN. Saat itu wali kelas kami memang sengaja membuat skenario bahwa ada beberapa orang yang tidak lulus di kelas ini. Beliau dengan wajah serius, memberikan sedikit nasihat dan wejangan apa yang harus kami lakukan nanti. Rasa was-was dan takut terpancar dari aura wajah kami. Sampai akhirnya wali kelas kami mengumumkan bahwa kami semua LULUS. Tentu saja kami semua senang sekaligus terharu, bahkan sampai ada yang menangis. Kami akan berpisah dalam waktu dekat. Mengejar impian masing-masing, mengukir prestasi dengan cara kami sendiri.

Terlalu banyak hal yang tidak dapat dideskripsikan dengan kata-kata. Tentang kami yang tersesat dan terdampar dalam kelas asing. Tentang kami yang akhirnya menemukan kekompakan dan kebersamaan. Tentang kami yang akhirnya mengerti arti dari sebuah kekeluargaan. Dalam mencapai semua itu, kami belajar. Kami belajar bagaimana menciptakan semuah rasa, rasa kekeluargaan, kebersamaan. Kami belajar bagaimana menghadapi suka duka bersama. Kami belajar bahwa kami dipertemukan karena satu hal, kami adalah keluarga 12 IPA 1.

Sekian cerita pengalaman menarik saya mengenai belajar. Seperti yang telah saya katakan di awal cerita ini, belajar itu tidak melulu belajar secara formal, tidak melulu mengenai teori. Belajar juga bisa dilakukan berdasarkan pengalaman hidup. –END-

8 comments:

  1. Unik ya tugas matkulnya, berasa tugas anak sekolahan.
    Sama euy kelasnya, 12 IPA 1 juga dulu. Biasanya tempatnya yg pinter-pinter kan tuh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi iya dosennya aneh2 aja kasih tugas, berasa anak SD xD
      Hehe pinter sih relatif, semua ada kurang lebih xD

      Delete
  2. Masa SMA memang memorable banget.

    Ciyee anak IPA 1 sama kayak gue ciyeee #oke #iniapa

    ReplyDelete
    Replies
    1. banget hehe memorable + ngangenin hehe xD

      Loh anak ipa 1 juga? kok ga pernah liat? *beda sekolah kalihaha thanks for comming ya :-)

      Delete
  3. siapakah dosen narsis itu?

    ReplyDelete

Cuma baca aja? Yuk tinggalin jejak, supaya aku bisa kunjung balik dan ninggalin jejak di blog kamu :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...