Baiklah akan aku beritahu bagaimana akhir cerita ini. Cerita ini akan
berakhir dengan kesedihan. Tidak, tidak ada yang pergi pada akhirnya. Tidak ada
yang saling meninggalkan. Hanya saja….. Ah, sudahlah. Dimana letak keseruannya
jika akhir cerita ini Aku ceritakan di awal?
Sabtu, 7 Juni 2014
Hari itu aku sedang menghabiskan senjaku di tempat favoritku. Café puncak.
Semua terlihat indah dari sini. Bahkan, kamu yang baru saja memasuki pintu itu
saja merupakan pemandangan terindah yang pernah aku lihat.
Ya! Itu pertama kalinya aku melihatmu. Dengan kaos merah kesayanganmu,
sambil menenteng laptop, kamu berjalan santai menuju meja kedua dari pintu
depan. Sepertinya kamu tidak terlalu senang terpapar sinar senja. Mungkin, aku
menebaknya dari tempat duduk yang kau pilih.
Setelah nyaman dengan posisi dudukmu, tangan kanan mu kemudian melambai
dan lelaki dengan seragam café pun datang menghampiri.
“Hot Capucinno-nya satu,” katamu sambil kembali fokus pada laptopmu. Waiter itu menyebutkan ulang pesananmu
tanpa kau hiraukan. Kasihan sekali..
Rabu, 11 Juni 2014
Hari ini kita bertemu untuk kedua kalinya -maksudku, Aku melihat kau kedua kalinya karena mungkin kau menyadari
keberadaanku saja tidak-. Kali ini wajahmu terlihat lebih kacau daripada
biasanya. Bukan hanya wajahmu, pakaianmu pun ikut kacau. Kau sedang ada masalah
ya?
Dari kantung celanamu, kau keluarkan sebungkus rokok. Kau hisap satu
batang kemudian kau terbatuk-batuk. Kemudian pada detik berikutnya pandangan
kita bertemu. Karena ketahuan sedang memperhatikanmu, aku buru-buru membuang
pandanganku ke arah senja.
Jumat, 13 Juni 2014
16.00 WITA
Seperti biasa, di tempat favoritku aku menunggu kamu datang. Tapi
sayang, cuaca di luar sana sedang tidak baik. Hujan datang ketika aku baru saja
tiba di Café ini.
Tidak ada senja, tidak ada kamu. Aku merasa bosan disini.
20.30 WITA
Aku memutuskan untuk nekat pulang ke rumah karena hujan yang ditunggu
tak kunjung reda. Aku melambaikan tangan kananku kemudian seorang waiter datang menghampiri sambil membawa
bill pesananku. Aku keluarkan dua lembar uang berwarna biru, “Ambil aja
kembaliannya, Mas,” sambil kemudian bangkit dari tempat duduk.
Halte angkutan umum ada di seberang jalan. Sambil menutupi kepalaku
dengan tasku, aku berlari kecil ke seberang jalan. Hujan yang lumayan lebat
membuatku tidak menyadari mobil merah yang sedang melaju menuju arahku.
Citttttttttttttt.
Aku melihatmu. Aku melihatmu panik keluar dari mobil itu. Tapi…tunggu
dulu. Aku juga melihat diriku. Diriku terbaring lemah dengan noda darah dimana-mana.
Apakah aku sudah mati?
Untuk beberapa saat kamu memang turun melihat keadaanku. Tapi taukah
kamu betapa kecewanya aku melihatmu kemudian pergi meninggalkan jasadku di
tengah jalan?
-END-
PS : Maafkan
aku mengenai akhir ceritanya. Mengenai tidak ada yang pergi pada akhirnya.
Tidak ada yang saling meninggalkan. Sungguh, aku tak ingin mengecewakan kalian.
Sumber gambar:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2aZte8-kx0lFlW_pUrmIR7x9nG7Pvoyp18iozX-1PkC3ayE3Wd8X_ia8A7GdRPTLxgCzOQykj7ugSmTvpp9ESG0NhOAbi4WmUMQxTqgGspDlw3FcXEvN1kLu83DwXfmf55Ivx1fbDIKQy/s640/senja-wailago.jpg
KENTAAANG! XD
ReplyDeleteKena Tanggung dibuat kakwind! XD
baca cerpenku dan minta penilaian kak di:
http://ketikanafsoebercerita.blogspot.com/
Hehe. Kependekan ya kak ci?
Deleteaku udah kesana kemaren dan itu, luar biasa kak ci hahaha
Ditunggu loh kelanjutannya :p
Ceritanya keren kakwind! Blog kawins keren!! pertama kalinya ak visit niih:D sukses terus kak!
ReplyDeleteHehe. Makasih ya! Sering-sering aja mampir :3
DeleteYahh cepat banget matinya. Panjangin lagi lah. Haha
ReplyDeleteMampir ke blog ku Huhulicious :)
Cholishidayat.blogspot.com
Wah baru baca komentarnya nih. Sip! Thanks for comming!
Delete