Yahh walau agak gak nyambung dan pemakaian bahasanya yang gimana gitu, pokoknya dibaca aja. Kalo mau kritik langsung komentar aja yaaah. Cekidott guyss :D
Cinta Itu Seperti Angin
Hai, kenalin nama gue Reno. Lengkapnya Reno Wijaya. Gue adalah salah satu anak yang terkenal di sekolah, meskipun gue anak broken home. Ayah gue adalah seorang dokter jantung. Gue benci banget sama ayah gue. Dia udah ninggalin gue sama ibu gue waktu umur gue 8 tahun.
Saat ini gue duduk di kelas 3 SMA. Di sekolah gue punya sebuah geng. Yap, geng gue termasuk geng paling terkenal di sekolah. Semua siswa di sekolah gue kebanyakan takut sama geng gue, karena sekali bikin masalah sama geng gue hidup mereka gak akan pernah tenang.
Waktu itu gue ikut pemilihan drama yang diadain untuk pelepasan siswa kelas 3. Dan beruntungnya, gue terpilih sebagai pemeran utama laki-laki. Tapi ada satu yang bikin gue males, pemeran utama perempuan adalah Citra. Citra Octaviana adalah salah satu siswa kutu buku yang bahkan gak pernah dikenal.
Gue pun berlatih dengan cewek gue, Martha. Tapi, setiap gue berlatih gue gak pernah bisa inget dialog gue. Gue pun akhirnya nyerah dan minta bantuan sama Citra, tapi gak ada yang boleh tau kalo gue sering sama Citra. Gue pun berlatih di rumah Citra, dengan satu syarat, gue gak boleh jatuh cinta sama dia. Hah, siapa juga yang mau jatuh cinta sama seorang kutu buku??
Sampai suatu hari Citra datengin gue di sekolah dan berkata, “Ren, pulang sekolah kita latihan di rumah aku ya”. Sh*t!! Dia nyamperin gue disaat yang gak tepat. Gue lagi sama temen-temen gue. Karena gak mau kalo temen gue tau gue sering sama Citra, gue pun bilang, “Ketemu lo? Dalam mimpi ya?”. Citra pun berlalu dengan wajah kecewa.
Sore harinya, setelah gue pulang sekolah gue langsung menuju rumah Citra. Yap seperti biasa, gue latihan. Agak lama Citra bukain pintu buat gue.
“Mau ngapain kesini?” tanya Citra.
“Kan gue mau latihan sama lo. Gue tau lo pasti masih marah sama gue gara-gara kejadian tadi di sekolah. Gue ..”
“Oh, jadi kita mau latihan. Latihan diam-diam? Semacam latihan rahasia gitu? Supaya temen-temen kamu gak tau?” Citra tersenyum.
“Iya, Cit. Ayo kita mulai latihan”
“Latihan? Mending kamu latihan sama temen-temen kamu sana. Aku capek mau istirahat!” jawab Citra kemudian masuk dan membanting pintu.
“Bre****k” teriak Reno.
Reno pun berlatih dengan teman-temannya, sampai hari pementasan tiba. Dan saat adegan Reno dengan Citra, Reno terpana dengan kecantikan Citra. Ternyata di balik jaket hangat yang selalu dipakainya tersimpan kecantikan yang begitu menawan. Sampai-sampai Reno lupa dengan dialognya sendiri.
Reno pun mulai jatuh cinta dengan Citra setelah pementasan drama itu. Dua hari setelah pementasan drama itu, Reno mencari Citra. Cukup mudah untuk menemukan Citra. Karena Citra seorang kutu buku, Reno hanya perlu mencarinya di perpustakaan. Saat bertemu dengan Citra, Reno pun meminta maaf atas kelakuannya selama ini. Mereka pun berbaikan. Reno mencoba mendekati Citra. Cukup susah mendekati Citra, karena Citra adalah anak seorang pendeta.
Reno pun sering mengantar Citra pulang ke rumah. Suatu hari, Reno mengajak Citra untuk keluar di malam Minggu. Tetapi Citra menolak dengan alasan bahwa ia tidak diperbolehkan berkencan oleh ayahnya. Karena terlanjur jatuh cinta pada Citra, Reno pun memberanikan diri untuk meminta izin kepada ayah Citra. Dengan keyakinan dan kesungguhan Reno, ayah Citra pun memperbolehkannya.
Sejak saat itu, mereka pun menjadi sepasang kekasih. Namun suatu hari, Martha, mantan kekasih Reno, yang tidak suka dengan Citra, membuat sebuah selebaran yang isinya berupa foto yang wajahnya diganti dengan wajah Citra. Reno pun marah dan ia keluar dari gengnya. Ia lebih memilih Citra daripada Martha dan teman-teman lamanya. Hidupnya lebih bermakna dan bahagia setelah bersama Citra.
Namun suatu hari, Citra membawa berita yang membuatnya terkejut. CITRA MENGIDAP KANKER DARAH semenjak 2 tahun yang lalu. Seketika dunia seperti berhenti berputar, Reno sangat syok mendengar berita itu. Ia sangat sedih, mengapa disaat ia menjadi lebih baik dan telah menemukan orang yang tepat untuk mengisi hari-harinya ia malah akan kehilangan orang tersebut.
Semenjak mendengar bahwa Citra mengidap kanker darah dan hidupnya tidak lama lagi, Reno sebisa mungkin selalu bersamanya dan menyenangkan hatinya. Karena kesukaan Citra terhadap ilmu perbintangan, Reno pun membuatkan Citra teropong yang lebih besar dari pada teropong buatan Citra. Saat teropong tersebut telah selesai, mereka bersama-sama melihat bintang yang telah ditemukan Reno dan dinamai dengan nama Citra. Setelah selesai, Reno pun melamarnya. Dan Citra menerimanya.
Mereka menikah sesuai keinginan Citra sejak kecil. Mereka menikah di gereja tempat ibu Citra lahir, dan juga tempat ibu Citra menikah. Hari itu Citra terlihat sangat bahagia. Begitu pula Reno. Mereka berbulan madu di saat musim panas. Tak lama setelah mereka menghabiskan musim panas mereka, Citra pun menutup mata. Ia meninggalkan dunia dan Reno yang sangat dicintainya dengan penuh kenyakinan.
Reno tak pernah menyesal pernah mengenal Citra. Yang ia sesalkan mengapa ia baru mengenal Citra di saat-saat terakhir Citra. Seperti yang pernah dikatakan Citra, “angin tak bisa dilihat namun bias dirasakan”, itulah yang dirasakan Reno saat ini, Ia tidak bisa melihat cinta-nya, namun ia bisa merasakannya. (huhul, 04 April 2011, 04:05 pm)
No comments:
Post a Comment
Cuma baca aja? Yuk tinggalin jejak, supaya aku bisa kunjung balik dan ninggalin jejak di blog kamu :)